Langsung ke konten utama

Memanjakan Lidah di Madura Kini Nggak Cuma Makan Bebek Sinjay


Selain jembatan Suramadu (Surabaya-Madura), Bebek Sinjay kerap menjadi ikon dari pulau Madura. Tujuan para pelancong jika mengunjungi pulau garam ini biasanya hanya melintasi jembatan Suramadu dan menyantap bebek sinjay yang letaknya nggak jauh dari jembatan Suramadu. Tapi, semenjak film Aruna dan Lidahnya tayang di bioskop tanggal 27 September 2018 kemarin, para pelancong kini mempunyai opsi lain untuk memanjakan lidah di Madura, yaitu dengan mencoba campor lorjuk. Begitu pun saya, setelah keluar dari bioskop, saya langsung merencanakan short trip ke Madura untuk mencoba campor lorjuk.

Source: google

Warung campor lorjuk milik bu Iis buka mulai pukul 9 pagi sampai 9 malam. Di warung ini, bu Iis hanya menyajikan campor lorjuk biasa, campor lorjuk super (lorjuk nya lebih banyak :D) , es teh, kopi dan es jeruk nipis. Campor lorjuk adalah makanan khas kota Pamekasan. Bahan-bahan yang ada di dalam campor lorjuk antara lain: lontong, tauge, bihun, rempeyek, dan tidak lain tidak bukan, lorjuk. Semua bahan-bahan itu di campur ke dalam sebuah mangkok dan di siram dengan sejenis kuah soto (saya juga kurang tau kuah campor lorjuk ini terbuat dari kaldu apa hehe). Rasanya hampir seperti soto ayam Lamongan, tapi kadang juga terasa seperti lontong kupang (makanan khas Sidoarjo). Nah, bingung kan? Hahaha. Yang jelas, campor lorjuk ini enak! Apalagi kalau di tambah perasan jeruk nipis, mantul alias mantap betul. Daritadi ngomongin lorjuk, lorjuk, dan lorjuk. Sebenarnya lorjuk itu apa sih, ndis? Lorjuk atau kerang bambu ini adalah binatang laut yang masih satu keluarga sama kerang-kerang lain nya (cmiiw). Jadi nggak salah kalau campor lorjuk rasanya hampir mirip seperti lontong kupang, karena sama-sama mengandung kerang, beda nya campor lorjuk nggak menggunakan petis udang.




Konon katanya ibu Iis, si pemilik warung, campor lorjuk lebih mudah ditemui di kota Pamekasan. ‘Sebenarnya ada sih mbak di daerah Bangkalan, tapi jarang banget’ kata bu Iis. Pamekasan memang lumayan jauh dari exit tol Suramadu arah Madura. Sekitar 2,5 jam perjalanan. Saya kurang tahu soal rute kendaraan umum dari Surabaya – Pamekasan, karena saya selalu naik kendaraan pribadi hehe. Tapi, kalau kamu pergi beramai-ramai dengan keluarga atau teman-teman, saran saya mending sewa mobil dari Surabaya. Tarif untuk sewa mobil sejenis Avanza atau Xenia sekitar 250-400 ribu rupiah (exclude bensin). Tarif tol Suramadu (pp) 30 ribu rupiah.






Jadi, sudah mau nyobain campor lorjuk seperti Aruna, Bono, Nad, dan Farish belum? Jangan lupa foto di depan warung bu Iis, lumayan, bisa untuk upload di Instagram haha.
Selamat makan-makan, semoga ketagihan.

*No handphone bu Iis : 085230510258 (coba telpon bu Iis dulu sebelum datang kesana, memastikan warung nya buka atau enggak).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Bromo Naik Motor?

‘Bromo yuk ntar malem?’ Pertanyaan ini yang membawa saya pergi ke Bromo naik motor. Berawal dari iseng ngajakin temen-temen pergi ke Bromo, eh ternyata ditanggapi dengan serius. Awalnya saya pikir naik mobil aja deh, baru nanti waktu disana kita sewa jeep atau naik ojek. Iya, di Bromo memang ada jasa ‘Kang Ojek’, tapi ya gitu, mahal, sekali jalan sekitar 50.000 ribu rupiah, itu info yang saya dengar dari warga sekitar. Harga nya kemungkinan bisa lebih murah, atau sebaliknya. Balik lagi ke masalah naik motor. Itu pertama kali nya saya ke Bromo naik motor. Saya udah kebayang tuh gimana jauh nya Pasuruan, gimana gelap nya daerah Nongkojajar waktu malam. Di pikiran saya waktu itu cuma begal dan hantu. Kalau naik mobil, terus di begal masih bisa kita tabrak, kan? Kalau ketemu hantu masih terhalang sama kaca-kaca mobil. Nah, kalau motor? H-1 jam saya masih mikirin itu terus. Hampir aja mau saya cancel rencana untuk ke Bromo. Tapi, karena nggak mau bikin kecewa temen-temen saya, yaudah, a

Solo Traveling. Pengalaman. Teman.

‘Traveling sendirian? Kok berani?’ ‘Nanti di culik loh!’ ‘Izin nya gimana sih?’ ‘Kenapa nggak ngajakin temen kamu aja?’ Pertanyaan yang kerap muncul di DM instagram ketika saya sedang solo traveling . Kalau di pikir-pikir, saya selalu pergi traveling sendirian. Jarang banget liburan bareng temen-temen sepermainan. Ci gitu sepermainan haha. Ya, mungkin jadwal kita yang nggak cocok atau mungkin belum rezeki aja untuk pergi bareng. Kalau dibilang kesepian sih kadang iya, kadang juga enggak, karena saya selalu ketemu ‘temen’ baru di dalam perjalanan. Bulan Februari 2017 adalah trip pertama saya ke luar negeri, Singapore dan Malaysia.   Sendirian. Beruntungnya, saya ketemu teman baru, Mardiah. Cewek Depok yang juga lagi ngetrip ke Singapore dan Malaysia. Akhirnya kita menghabiskan 6 hari untuk jalan bareng dari Singapore, Malaka, dan berpisah di Kuala Lumpur. Selain ketemu Mardiah, saya juga ketemu temen baru pada saat perayaan Waisak di Yogyakarta, Jannette. Sebenernya